Peluang bisnis ternak dan perikanan di Indonesia sangat menggiurkan. Hal ini disebabkan potensi sumber daya alam yg ada di Indonesia sangat mendukung, mengingat banyaknya lahan, air, bahari dan juga bahan-bahan pakan.
Bagi sobat yg berminat memulai bisnis ini ada baiknya membaca peluang bisnis ternak dan perikanan Indonesia. Ini penting untuk memacu motivasi keseriusan kita bisnis yg satu ini. Kemudian, dengan mengetahui peluang bisnis ternak ini dibutuhkan sanggup menguasai trik dan teknik bagaimana tips bisnis ternak yg efektif efisien dan hasil yg sangat menguntungkan.
Lalu, menyerupai apa kondisi sektor peternakan dan perikanan di Indonesia saat ini? Sebagai penghasil pangan yg strategis, sektor pertanian dan perikanan di Indonesia mengalami dua keadaan berbeda yg cukup ekstrem. Pertama, terjadinya kenaikan harga yg signifikan pada semester pertama. Kedua, terjadinya penurunan harga yg signifikan pada semester kedua.
Keadaan Sektor Peternakan dan Perikanan di Tengah Krisis Global
Terjadinya krisis global di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, berdampak pada banyak sekali segi kehidupan. Sektor peternakan dan perikanan pun tak luput dari dampak tersebut. Apa dampak krisis global bagi kedua sektor penting ini? Berdampak positif atau negatif? Ini beliau ulasan lengkapnya.
1. Sektor Peternakan
Pada bidang peternakan, produksi daging sapi nasional 2008 berjumlah sekitar 465 ribu ton. Sebuah pencapaian positif dan signifikan dibanding dengan pencapaian tahun sebelumnya, yaitu hanya mencapai 346 ribu ton. Walaupun demikian, jumlah produksi ini belum mencukupi sehingga terpaksa menggantungkan kebutuhan daging sapi dari luar negeri, khususnya dari Selandia Baru dan Australia.
Jumlah impor sapi dari negara Australia berjumlah lebih dari 520 ribu ekor sapi pada 2008. Sebagian besar impor sapi dari Australia ini ialah untuk dipotong, sedangkan sebagian kecil lainnya dijadikan sebagai induk. Dengan peluang pasar yg sangat besar tersebut, masuk akal jikalau sekitar 68 negara antre untuk memasukkan daging dan produk daging ke Indonesia.
Perkiraan data konsumsi daging di Indonesia berbeda-beda berdasarkan tiap lembaga. Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas BPS) menyebutkan bahwa estimasi konsumsi daging di Indonesia berjumlah total 2,6 kg/kap/th. Sementara itu, ada sekitar 1,7kg daging sapi berdasarkan Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo).
Berbeda lagi dengan data yg dikeluarkan oleh Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), yaitu 4,5kg daging ayam. Data lainnya pun dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian (Deptan), yaitu 1,2kg daging sapi dan 3,1kg daging ayam. Simpulannya, konsumsi daging di tahun-tahun mendatang akan mengalami peningkatan.
a. Produksi Daging Ayam
Pada 2008, produksi daging ayam berjumlah sekitar 1,4 juta ton. Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, menyampaikan pencapaian ini ialah sebuah peningkatan dua kali lipat dibanding dengan produksi tahun sebelumnya. Tapi, produksi dan konsumsi daging ayam ini masih diselimuti informasi biosafety menyerupai perkara flu burung dan dampak sosial ekonomi yg ditimbulkannya.
Karakteristik konsumsi daging ayam yg begitu fleksibel terhadap perubahan harga dan perubahan selera konsumen ialah faktor-faktor yg wajib diperhatikan untuk mencapai kinerja stabilitas harga daging sapi, ayam, dan produk peternakan lainnya. Akan tetapi, pada perayaan hari-hari keagamaan menyerupai Idul Fitri dan Idul Adha, kebutuhan daging ayam dan telur di Indonesia meningkat sangat tajam. Ini ialah sebuah kebiasaan rutin yg mungkin sangat bertentangan jikalau dikaitkan dengan langkah pengendalian konsumsi.
b. Sektor Peternakan dan Perubahan Konsmusi Masyarakat
Di dalam ekonomi pertanian, aksara perubahan yg sangat tinggi ialah tanda khas dari revolusi peternakan. Perubahan ini tentunya berkontribusi sekali terhadap pencapaian ketahanan pangan, kualitas SDM (sumber daya manusia), dan pembangunan perkonomian setips umum. Sektor peternakan memang mendominasi perubahan konsumsi masyarakat yg awalnya mengonsumsi sumber kalori berbasis karbohidrat menjelma sumber kalori berbasis kandungan protein tinggi.
Konsumsi daging di Indonesia memang sekitar 56 persennya berasal dari unggas. Jumlah ini cukup jauh jikalau dibandingkan angka konsumsi daging sapi, yaitu hanya sekitar 23 persen. Meskipun demikian, jumlah konsumsi daging unggas yg hanya setara dengan 4,5kg per kapita per tahun tersebut jelaslah jauh lebih rendah atau hanya seperlima daripada konsumsi daging di negara-negara maju.
c. Sektor Peternakan dan Sistem Produksi Jagung
Sektor peternakan ternyata sangat akrab hubungannya dengan sistem produksi jagung di dalam negeri sebagai pemasok pertama penyediaan pakan ternak, baik itu setips pribadi ataupun tak langsung. Menurut Aram III (Angka Ramalan III) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pada 2008 kemudian ditaksir sekitar 15,9 juta ton.
Produksi sebesar ini sanggup dicapai lantaran adanya peningkatan luas panen di sejumlah daerah menyerupai di Sumatera Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Lampung. Tapi, produksi jagung tersebut belum bis,a mencapai sasaran swasembada jagung yg seharusnya sudah dicapai semenjak 2007. Pada kenyataannya, kita masih memenuhi konsumsi jagung dari pasar luar negeri.
Hal yg cukup positif yaitu pemakaian benih unggul jagung hibrida, khususnya hasil dari bioteknologi pertanian. Selain itu, peningkatan produksi jagung bibit unggul pun bisa menunjang sektor peternakan lantaran industri pakan ternak ikut naik setelah kevsayaman yg sangat serius ketika puncak krisis ekonomi melanda.
Membaiknya keadaan produksi jagung dalam negeri setidaknya bisa mengurangi ketergantungan sektor peternakan skala kecil terhadap pakan impor dan memperlihatkan peningkatan pertumbuhan yg lebih tinggi. Tapi, pergerakan konsumsi jagung yg meningkat tajam menjadikan Indonesia masih tetap mengandalkan jagung luar negeri dalam jumlah yg tak sedikit.
2. Sektor Perikanan
Untuk bidang perikanan, negara kia masih juga mengandalkan ekspor udang dan ikan ke Jepang, Korea, Taiwan, dan Amerika Serikat. Pada 2008 yg lalu, produksi ikan setips keseluruhan ialah sekitar 8,1 juta ton atau 32 persen per tahun. Ini ialah sebuah pencapaian yg sangat signifikan jikalau dibanding dengan angka produksi pada 2004, yaitu hanya sekitar 6,1 juta ton.
Karena begitu besarnya keterkaitan antara sektor perikanan dan tekanan ekonomi global, masyarakat kita tentunya sangat khawatir terhadap dampak krisis keuangan global, terutama terhadap kemakmuran nelayan skala kecil dan menengah.
Sebelum datangnya krisis keuangan global, produksi perikanan pada tingkat global mencapai sekitar 7,5 juta ton, 3,8 juta di antaranya berasal dari hasil budidaya udang. Artinya, produksi udang hasil budidaya sudah melampaui produksi perikanan konvensional. Hal ini disebabkan oleh makin gencarnya perjuangan budidaya udang.
Selain itu, angka tersebut cenderung didorong oleh semakin tingginya produksi udang hasil budidaya secukup usang kurun waktu lima tahun terakhir. Tingkat pertumbuhannya mencapai 21 persen per tahun. Diperkirakan, sekitar 5-6 tahun yg akan datang, laju pertumbuhan udang hasil budidaya akan melambat. Laju pertumbuhannya diperkirakan sekitar 6 persen atau mungkin kurang dari itu.
Para analisis sudah memprediksi bahwa dampak pribadi dari krisis keuangan dunia yaitu turunnya permintaan, khususnya dari Amerika Serikat dan daerah Uni Eropa. Dampak lainnya dari pengerutan pasar ini yaitu menurunnya harga produk perikanan. Bahkan, muncul kekhawatiran gagal bayar yg disebabkan oleh problem keuangan pada perusahaan-perusahaan skala besar.
Selain itu, kekhawatiran sejumlah negara besar importir produk perikanan terhadap dampak jelek ekonomi global yaitu kemungkinan digunakannya teknik budidaya perikanan yg tak ramah lingkungan. Teknik menyerupai ini dipraktikkan oleh para nelayan dengan tujuan mengurangi biaya produksi.
Apa pun yg akan terjadi, sektor perikanan di negara Indonesia harus melsayakan penjelajahan terhadap pasar-pasar ekspor gres menyerupai di sektor lingkungan hidup dan lain sebagainya. Langkah-langkah pengembangan terkini sangat membutuhkan kemampuan pengamatan pasar yg tangguh, peraturan yg bis,a merugikan, kemampuan analisis selera konsumen, dan lain sebagainya.
Sementara itu, para pelsaya sektor peternakan di Indonesia masih harus berupaya semaksimal mungkin menaikkan produksi sekaligus produktivitas daging sapi dan daging ayam lantaran hal ini akan menjadi karakteristik indikator ketahanan pangan.
Selain itu, dari segi konsumsi, para pelsaya perjuangan ini (pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat umum) harus juga berusaha keras menaikkan pertumbuhan konsumsi daging. Tujuannya ialah untuk memperlihatkan tugas kasatmata mereka terhadap kualitas gizi masyarakat, kualitas protein masyarakat, dan yg niscaya kecerdasan bangsa Indonesia pada umumnya.
Nah, itulah ulasan seputar peluang bisnis peternakan dan perikanan di Indonesia. Semoga bermanfaat!. Baca juga bagaimana ternak ikan salmon di tanah air.
Bagi sobat yg berminat memulai bisnis ini ada baiknya membaca peluang bisnis ternak dan perikanan Indonesia. Ini penting untuk memacu motivasi keseriusan kita bisnis yg satu ini. Kemudian, dengan mengetahui peluang bisnis ternak ini dibutuhkan sanggup menguasai trik dan teknik bagaimana tips bisnis ternak yg efektif efisien dan hasil yg sangat menguntungkan.
Lalu, menyerupai apa kondisi sektor peternakan dan perikanan di Indonesia saat ini? Sebagai penghasil pangan yg strategis, sektor pertanian dan perikanan di Indonesia mengalami dua keadaan berbeda yg cukup ekstrem. Pertama, terjadinya kenaikan harga yg signifikan pada semester pertama. Kedua, terjadinya penurunan harga yg signifikan pada semester kedua.
Keadaan Sektor Peternakan dan Perikanan di Tengah Krisis Global
Terjadinya krisis global di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, berdampak pada banyak sekali segi kehidupan. Sektor peternakan dan perikanan pun tak luput dari dampak tersebut. Apa dampak krisis global bagi kedua sektor penting ini? Berdampak positif atau negatif? Ini beliau ulasan lengkapnya.
1. Sektor Peternakan
Pada bidang peternakan, produksi daging sapi nasional 2008 berjumlah sekitar 465 ribu ton. Sebuah pencapaian positif dan signifikan dibanding dengan pencapaian tahun sebelumnya, yaitu hanya mencapai 346 ribu ton. Walaupun demikian, jumlah produksi ini belum mencukupi sehingga terpaksa menggantungkan kebutuhan daging sapi dari luar negeri, khususnya dari Selandia Baru dan Australia.
Jumlah impor sapi dari negara Australia berjumlah lebih dari 520 ribu ekor sapi pada 2008. Sebagian besar impor sapi dari Australia ini ialah untuk dipotong, sedangkan sebagian kecil lainnya dijadikan sebagai induk. Dengan peluang pasar yg sangat besar tersebut, masuk akal jikalau sekitar 68 negara antre untuk memasukkan daging dan produk daging ke Indonesia.
Perkiraan data konsumsi daging di Indonesia berbeda-beda berdasarkan tiap lembaga. Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas BPS) menyebutkan bahwa estimasi konsumsi daging di Indonesia berjumlah total 2,6 kg/kap/th. Sementara itu, ada sekitar 1,7kg daging sapi berdasarkan Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo).
Berbeda lagi dengan data yg dikeluarkan oleh Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), yaitu 4,5kg daging ayam. Data lainnya pun dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian (Deptan), yaitu 1,2kg daging sapi dan 3,1kg daging ayam. Simpulannya, konsumsi daging di tahun-tahun mendatang akan mengalami peningkatan.
a. Produksi Daging Ayam
Pada 2008, produksi daging ayam berjumlah sekitar 1,4 juta ton. Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, menyampaikan pencapaian ini ialah sebuah peningkatan dua kali lipat dibanding dengan produksi tahun sebelumnya. Tapi, produksi dan konsumsi daging ayam ini masih diselimuti informasi biosafety menyerupai perkara flu burung dan dampak sosial ekonomi yg ditimbulkannya.
Karakteristik konsumsi daging ayam yg begitu fleksibel terhadap perubahan harga dan perubahan selera konsumen ialah faktor-faktor yg wajib diperhatikan untuk mencapai kinerja stabilitas harga daging sapi, ayam, dan produk peternakan lainnya. Akan tetapi, pada perayaan hari-hari keagamaan menyerupai Idul Fitri dan Idul Adha, kebutuhan daging ayam dan telur di Indonesia meningkat sangat tajam. Ini ialah sebuah kebiasaan rutin yg mungkin sangat bertentangan jikalau dikaitkan dengan langkah pengendalian konsumsi.
b. Sektor Peternakan dan Perubahan Konsmusi Masyarakat
Di dalam ekonomi pertanian, aksara perubahan yg sangat tinggi ialah tanda khas dari revolusi peternakan. Perubahan ini tentunya berkontribusi sekali terhadap pencapaian ketahanan pangan, kualitas SDM (sumber daya manusia), dan pembangunan perkonomian setips umum. Sektor peternakan memang mendominasi perubahan konsumsi masyarakat yg awalnya mengonsumsi sumber kalori berbasis karbohidrat menjelma sumber kalori berbasis kandungan protein tinggi.
Konsumsi daging di Indonesia memang sekitar 56 persennya berasal dari unggas. Jumlah ini cukup jauh jikalau dibandingkan angka konsumsi daging sapi, yaitu hanya sekitar 23 persen. Meskipun demikian, jumlah konsumsi daging unggas yg hanya setara dengan 4,5kg per kapita per tahun tersebut jelaslah jauh lebih rendah atau hanya seperlima daripada konsumsi daging di negara-negara maju.
c. Sektor Peternakan dan Sistem Produksi Jagung
Sektor peternakan ternyata sangat akrab hubungannya dengan sistem produksi jagung di dalam negeri sebagai pemasok pertama penyediaan pakan ternak, baik itu setips pribadi ataupun tak langsung. Menurut Aram III (Angka Ramalan III) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung pada 2008 kemudian ditaksir sekitar 15,9 juta ton.
Produksi sebesar ini sanggup dicapai lantaran adanya peningkatan luas panen di sejumlah daerah menyerupai di Sumatera Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Lampung. Tapi, produksi jagung tersebut belum bis,a mencapai sasaran swasembada jagung yg seharusnya sudah dicapai semenjak 2007. Pada kenyataannya, kita masih memenuhi konsumsi jagung dari pasar luar negeri.
Hal yg cukup positif yaitu pemakaian benih unggul jagung hibrida, khususnya hasil dari bioteknologi pertanian. Selain itu, peningkatan produksi jagung bibit unggul pun bisa menunjang sektor peternakan lantaran industri pakan ternak ikut naik setelah kevsayaman yg sangat serius ketika puncak krisis ekonomi melanda.
Membaiknya keadaan produksi jagung dalam negeri setidaknya bisa mengurangi ketergantungan sektor peternakan skala kecil terhadap pakan impor dan memperlihatkan peningkatan pertumbuhan yg lebih tinggi. Tapi, pergerakan konsumsi jagung yg meningkat tajam menjadikan Indonesia masih tetap mengandalkan jagung luar negeri dalam jumlah yg tak sedikit.
2. Sektor Perikanan
Untuk bidang perikanan, negara kia masih juga mengandalkan ekspor udang dan ikan ke Jepang, Korea, Taiwan, dan Amerika Serikat. Pada 2008 yg lalu, produksi ikan setips keseluruhan ialah sekitar 8,1 juta ton atau 32 persen per tahun. Ini ialah sebuah pencapaian yg sangat signifikan jikalau dibanding dengan angka produksi pada 2004, yaitu hanya sekitar 6,1 juta ton.
Karena begitu besarnya keterkaitan antara sektor perikanan dan tekanan ekonomi global, masyarakat kita tentunya sangat khawatir terhadap dampak krisis keuangan global, terutama terhadap kemakmuran nelayan skala kecil dan menengah.
Sebelum datangnya krisis keuangan global, produksi perikanan pada tingkat global mencapai sekitar 7,5 juta ton, 3,8 juta di antaranya berasal dari hasil budidaya udang. Artinya, produksi udang hasil budidaya sudah melampaui produksi perikanan konvensional. Hal ini disebabkan oleh makin gencarnya perjuangan budidaya udang.
Selain itu, angka tersebut cenderung didorong oleh semakin tingginya produksi udang hasil budidaya secukup usang kurun waktu lima tahun terakhir. Tingkat pertumbuhannya mencapai 21 persen per tahun. Diperkirakan, sekitar 5-6 tahun yg akan datang, laju pertumbuhan udang hasil budidaya akan melambat. Laju pertumbuhannya diperkirakan sekitar 6 persen atau mungkin kurang dari itu.
Para analisis sudah memprediksi bahwa dampak pribadi dari krisis keuangan dunia yaitu turunnya permintaan, khususnya dari Amerika Serikat dan daerah Uni Eropa. Dampak lainnya dari pengerutan pasar ini yaitu menurunnya harga produk perikanan. Bahkan, muncul kekhawatiran gagal bayar yg disebabkan oleh problem keuangan pada perusahaan-perusahaan skala besar.
Selain itu, kekhawatiran sejumlah negara besar importir produk perikanan terhadap dampak jelek ekonomi global yaitu kemungkinan digunakannya teknik budidaya perikanan yg tak ramah lingkungan. Teknik menyerupai ini dipraktikkan oleh para nelayan dengan tujuan mengurangi biaya produksi.
Apa pun yg akan terjadi, sektor perikanan di negara Indonesia harus melsayakan penjelajahan terhadap pasar-pasar ekspor gres menyerupai di sektor lingkungan hidup dan lain sebagainya. Langkah-langkah pengembangan terkini sangat membutuhkan kemampuan pengamatan pasar yg tangguh, peraturan yg bis,a merugikan, kemampuan analisis selera konsumen, dan lain sebagainya.
Sementara itu, para pelsaya sektor peternakan di Indonesia masih harus berupaya semaksimal mungkin menaikkan produksi sekaligus produktivitas daging sapi dan daging ayam lantaran hal ini akan menjadi karakteristik indikator ketahanan pangan.
Selain itu, dari segi konsumsi, para pelsaya perjuangan ini (pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat umum) harus juga berusaha keras menaikkan pertumbuhan konsumsi daging. Tujuannya ialah untuk memperlihatkan tugas kasatmata mereka terhadap kualitas gizi masyarakat, kualitas protein masyarakat, dan yg niscaya kecerdasan bangsa Indonesia pada umumnya.
Nah, itulah ulasan seputar peluang bisnis peternakan dan perikanan di Indonesia. Semoga bermanfaat!. Baca juga bagaimana ternak ikan salmon di tanah air.
