Salah satu yg sanggup membangun Indonesia ialah banyaknya pengusaha yg sanggup menunjukkan bantuan eksklusif maupun tidak eksklusif kepada negara. Wirausahawan bekerja dengan karya menunjukkan sesuatu yg bila dikumpulkan akan menjadi aset untuk negara dan bangsa. Dengan minimnya wirausahawan maka perusahaan kecil maupun menengah pun niscaya sedikit dan negara tidak memperoleh pendapatan dari karya anak bangsa. Kita tidak bis,a terus mengandalkan sumber daya alam saja untuk menjadi negara maju, diharapkan langkah kreatif dari belum dewasa muda dengan membuat banyak sekali wirausaha yg mem.buat karya yg sanggup dijual ke negara lain.
Perekonomian nasional bersama-sama sangat tergantung pada para wirausahawan. Pajak dan pendapatan negara akan bertambah bila pengusaha kecil dan menengah tumbuh menjamur di negeri ini. Menurut data dari staf kementrian Pemuda dan olahraga Joni Mardizal belum cukup usang ini menyampaikan bahwa di Indonesia para pengusaha gres mencapai 2 persen penduduk, padahal untuk menjadi bangsa yg berpengaruh dibidang ekonomi minimal harus ada 4% pengusaha orisinil orang Indonesia.
Pola pikir masyarakat yg masih ingin bekerja sebagai pelayan, pekerja pabrik dan kantoran bersama-sama harus ditambah dengan membangun mental eunteupreuner. Para perjaka yg menggeluti bidang wirausaha mereka orang yg cerdas lantaran menekuni bidang pekerjaan yg sanggup mem.buat kaya. Sangat berbeda dengan orang yg menentukan menjadi pekerja dengan honor bulanan dan upah lemburan yg terbatas, mereka bekerja mirip robot yg monoton. Slogan pemerintah kerja kerja dan kerja tentunya bukan hanya berlsaya pada para pekerja pabrik atau PNS saja, namun terlebih pada masyarakat luas yg menekuni bidang wirausaha.
Dalam rangka memasuki abad Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) rakyat Indonesia perlu ikut andil dan berperan sesuai dengan bidang yg ditekuninya. Tidak ada istilah terlambat dalam memulai gerakan menjadi pengusaha, apapun bidang pekerjaan yg kini ditekuni, perlu melihat di sekeliling kita yg sanggup dikembangkan menjadi industri kecil dalam berwirausaha. Selain sanggup menempatkan dan menyerap tenaga kerja, juga sanggup menambah penghasilan lebih. Misalnya kerajinan, peternakan, perkebunan, kuliner, fashion dan lain sebagainya pola bidang perjuangan yg sanggup kita pilih.
Wirausahawan muda yg terlahir di zaman ini dihentikan ketinggalan zaman lantaran bisnis tanpa teknologi di abad digital akan ketinggalan. Persaingan bisnis pengusaha muda semestinya lebih tajam dengan visi ke depan menghadapi ekonomi global di masa datang. Selain kreatifitas dalam karya ada lagi faktor yg lebih penting dalam bisnis yaitu teknologi tips pemasaran. Pengusaha muda akan lebih menentukan tips gres dalam menjual barang, jasa atau karya yg dihasilkannya. Sebab jikalau hanya mengadalkan pasar tradisional atau marketing offline ketika ini akan ketinggalan oleh pelsaya bisnis sebelumnya. Sudah kalah start.
Mengatasi minimnya wirausahawan muda di Indonesia berdasarkan irit penulis perlu dilsayakan dengan tips membangun kesadaran bahwa betapa indahnya terjun dalam bidang wirausaha. Faktor kendala berupa modal harus menerima solusi dari UKM atau perbankan pemberi santunan kredit usaha. Selain itu pula yg tak kalah pentingnya ialah dengan training intensif dalam hal administrasi pengelolaan usaha.
Fakta yg terjadi banyak yg merintis perjuangan sendiri kemudian gulung tikar disebabkan minimnya pengetahuan wawasan bisnis dan kemampuan yg ada. Sehingga lahir anggapan lebih baik perjuangan ikut perusahaan besar dan menjadi karyawannya dengan honor niscaya ketimbang menjadi pengusaha muda. Padahal peluang menjadi pengusaha muda di Indonesia cukup besar dengan banyak sekali potensi Sumber Daya Alam dan Manusia yg sangat melimpah.
Demikian ungkapan ini diutarakan sebagai unek-unek kepada para pembaca yg ingin maju sukses dan memberi bantuan kepada negara. Bangsa maju beriringan dengan kemajuan para pengusaha muda. Semoga berhasil dan sukses yg dicita-citakan. Amin.
Perekonomian nasional bersama-sama sangat tergantung pada para wirausahawan. Pajak dan pendapatan negara akan bertambah bila pengusaha kecil dan menengah tumbuh menjamur di negeri ini. Menurut data dari staf kementrian Pemuda dan olahraga Joni Mardizal belum cukup usang ini menyampaikan bahwa di Indonesia para pengusaha gres mencapai 2 persen penduduk, padahal untuk menjadi bangsa yg berpengaruh dibidang ekonomi minimal harus ada 4% pengusaha orisinil orang Indonesia.
Pola pikir masyarakat yg masih ingin bekerja sebagai pelayan, pekerja pabrik dan kantoran bersama-sama harus ditambah dengan membangun mental eunteupreuner. Para perjaka yg menggeluti bidang wirausaha mereka orang yg cerdas lantaran menekuni bidang pekerjaan yg sanggup mem.buat kaya. Sangat berbeda dengan orang yg menentukan menjadi pekerja dengan honor bulanan dan upah lemburan yg terbatas, mereka bekerja mirip robot yg monoton. Slogan pemerintah kerja kerja dan kerja tentunya bukan hanya berlsaya pada para pekerja pabrik atau PNS saja, namun terlebih pada masyarakat luas yg menekuni bidang wirausaha.
Dalam rangka memasuki abad Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) rakyat Indonesia perlu ikut andil dan berperan sesuai dengan bidang yg ditekuninya. Tidak ada istilah terlambat dalam memulai gerakan menjadi pengusaha, apapun bidang pekerjaan yg kini ditekuni, perlu melihat di sekeliling kita yg sanggup dikembangkan menjadi industri kecil dalam berwirausaha. Selain sanggup menempatkan dan menyerap tenaga kerja, juga sanggup menambah penghasilan lebih. Misalnya kerajinan, peternakan, perkebunan, kuliner, fashion dan lain sebagainya pola bidang perjuangan yg sanggup kita pilih.
Wirausahawan muda yg terlahir di zaman ini dihentikan ketinggalan zaman lantaran bisnis tanpa teknologi di abad digital akan ketinggalan. Persaingan bisnis pengusaha muda semestinya lebih tajam dengan visi ke depan menghadapi ekonomi global di masa datang. Selain kreatifitas dalam karya ada lagi faktor yg lebih penting dalam bisnis yaitu teknologi tips pemasaran. Pengusaha muda akan lebih menentukan tips gres dalam menjual barang, jasa atau karya yg dihasilkannya. Sebab jikalau hanya mengadalkan pasar tradisional atau marketing offline ketika ini akan ketinggalan oleh pelsaya bisnis sebelumnya. Sudah kalah start.
Mengatasi minimnya wirausahawan muda di Indonesia berdasarkan irit penulis perlu dilsayakan dengan tips membangun kesadaran bahwa betapa indahnya terjun dalam bidang wirausaha. Faktor kendala berupa modal harus menerima solusi dari UKM atau perbankan pemberi santunan kredit usaha. Selain itu pula yg tak kalah pentingnya ialah dengan training intensif dalam hal administrasi pengelolaan usaha.
Fakta yg terjadi banyak yg merintis perjuangan sendiri kemudian gulung tikar disebabkan minimnya pengetahuan wawasan bisnis dan kemampuan yg ada. Sehingga lahir anggapan lebih baik perjuangan ikut perusahaan besar dan menjadi karyawannya dengan honor niscaya ketimbang menjadi pengusaha muda. Padahal peluang menjadi pengusaha muda di Indonesia cukup besar dengan banyak sekali potensi Sumber Daya Alam dan Manusia yg sangat melimpah.
Demikian ungkapan ini diutarakan sebagai unek-unek kepada para pembaca yg ingin maju sukses dan memberi bantuan kepada negara. Bangsa maju beriringan dengan kemajuan para pengusaha muda. Semoga berhasil dan sukses yg dicita-citakan. Amin.
